Sabtu, 30 November 2013

Artikel Sejarah

SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA
Dalam sejarah Indonesia ada dua kerajaan kuno yang selalu disebut sebagai kerajaan termegah dan jaya. Kerajaan tersebut yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan maritim terkuat di Sumatera yang pernah menguasai lintas pelayaran dan perdagangan internasional. Kerajaan Sriwijaya juga banyak memberi pengaruh pada Nusantara dengan luas kekuasaannya, antaralain Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
A.      Sumber Sejarah
1.      Seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, mencatat bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Catatan I Tsing membuktikan awal keberadaan kerajaan Sriwijaya berasal dari abad ke-7.
2.      Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang tahun 682. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.
3.      Prasasti Kota Kapur tahun 686 di pulau Bangka, kemaharajaan ini menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya.
4.      Reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja.
5.      Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya.
6.      Candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.
7.      Prasasti Nalanda tahun 860 menyebutkan adanya hubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala.
8.      Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya) yang banyak menghasilkan emas.
9.      Prasasti Talang Tuo tahun 684 di sebelah barat Pelembang.
10.  Prasasti Karang Berahi tahun 686 yang memperjelas bahwa secara politik, Sriwijaya memiliki wilayah yang luas dan kekuasaannya yang besar.
11.  Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun menyebutkan bahwa Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra raja.
12.  Prasasti Ligor  tahun 775 di Tanah Genting Kra yang memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting Kra (Melayu) oleh Sriwijaya.
13.  Prasasti Palas Pasemah (tidak berangka tahun) di Lampung berisi penaklukan Sriwijaya terhadap Kerajaan Tulangbawang pada abad ke-7.

B.      Letak  Kerajaan Sriwijaya
Awalnya letak Kerajaan Sriwijaya terletak di tepi Sungai Batang Hari dekat Candi Muara Takus. Kemudian tahta kerajaannya dipindahkan ke Kota Palembang, Sumatera Selatan.

C.      Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Berikut ini daftar silsilah para raja Kerajaan Sriwijaya:
Dapunta Hyang Sri Yayanaga [ Prasasti Kedukan Bukit 683, Talang Tuo, 684 ].
1.      Cri Indrawarman [ Berita Cina, Tahun 724 ].
2.      Rudrawikrama [ Berita Cina, Tahun 728, 742 ].
3.      Wishnu [ Prasasti Ligor, 775 ].
4.      Maharaja [ Berita Arab, Tahun 851 ].
5.      Balaputradewa [ Prasasti Nalanda, 860 ].
6.      Cri Udayadityawarman [ Berita Cina, Tahun 960 ].
7.      Cri Udayaditya [ Berita Cina, Tahun 962 ].
8.      Cudamaniwarmadewa [ Berita Cina, Tahun 1003, Prasasti Leiden, 1044].
9.      Maraviyayatunggawarman [ Prasasti Leiden, 1044 ].
10.  Cri Sanggaramawijayatunggawarman [ Prasasti Chola, 1044 ].
D.     Kehidupan Masyarakat
1.      Bidang Agama dan Budaya
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik peziarah dan sarjana dari Asia. Antara lain pendeta Tiongkok I Tsing, pernah berkunjung ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, serta di abad ke-11, Atisha, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.

2.      Bidang Perdagangan
Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.

3.      Bidang Politik
Kerajaan Sriwijaya mendapat julukan sebagai Kerajaan Nasional I, Sriwijaya juga mendapat julukan Kerajaan Maritim disebabkan armada lautnya yang kuat. Raja-rajanya yang terkenal adalah Dapunta Hyang (pendiri Sriwijaya) Balaputradewa, dan Sanggrama Wijayatunggawarman. Dalam masa pemerintahan Raja Balaputeradewa, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Nalanda dalam bidang pengembangan agama Buddha. Pada masa pemerintahan Sanggrama Wijayattunggawarman, Sriwijaya mendapat serangan dari Kerajaan Colamandala. Sang Raja ditawan dan baru dilepaskan ketika Colamandala diperintah Raja Kolottungga I.

4.      Bidang Ekonomi
Letak Sriwijaya sangat strategis, yakni di tengah jalur perdagangan India - Cina, dekat Selat Malaka yang merupakan urat nadi perhubungan daerah-daerah di Asia Tenggara dengan adanya pelayaran. Menurut Coedes, setelah Kerajaan Funan runtuh, Sriwijaya berusaha menguasai wilayahnya agar dapat memperluas kawasan perdagangannya. 

E.      Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berkuasa dari abad ke-7 hingga awal abad ke-13 M, dan Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada saat pemerintahan Raja Balaputera Dewa [ 833-856 M ]. Dalam sejarah Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Sriwijaya menguasai bagian barat Nusantara. Faktor yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya bisa menguasai seluruh bagian barat Nusantara adalah:
1.      Runtuhnya Kerajaan Fu-Nan Di Indocina.
2.      Kekuatan Armada Laut Kerajaan Sriwijaya Yang Mampu Menguasai Jalur Lalu Lintas Perdagangan Antara India Dan Cina.

F.       Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor berikut:
1.    Bidang Politik: Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan besar.
2.    Bidang Ekonomi: Pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya telah jatuh ke kerajaan lain.
3.    Tahun 1006 M, Kerajaan Sriwijaya diserang oleh Dharmawangsa dari Jawa Timur.
4.    Tahun 1025 M, Kerajaan Sriwijaya Mendapat Serangan Yang Melumpuhkan Dari Kerajaan Cola, India.
5.    Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang.
6.    Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional.
7.    Bidang Politik: Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan.
8.    Bidang Politik: Jatuhnya Tanah Genting Kra ke tangan Siam membuat pertahanan Sriwijaya di sisi utara melemah dan perdagangan mengalami kemunduran.
                                                                                                    
SUMBER-SUMBER PENULISAN

Kamis, 28 November 2013

Asal Mula Peringatan Hari Natal dan Makna Lilin dalam Natal

Asal-Mula Peringatan Natal

Natal
Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal. Klemens dari Aleksandria mengejek orang-orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad-abad pertama, hidup kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya – terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.
Tetapi di sebelah Timur orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan-tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan "pesta Epifania" (pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Tetapi yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah – yaitu pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria menganggap Epifania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia sedang berjaga jaga?” Pada malam perayaan Epifania, semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.

Makna Lilin Dalam Natal

Dalam masa Natal, Lilin menggambarkan atau memberikan gambaran tentang Kristus. Kristus dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap. Di dalam Alkitabpun tertulis tentang terang, di dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9 : 1-6, “terang yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1 : 1-18,” terang manusia”.
Bukan hanya di dalam peribadahan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap di hias dengan lampu-lampu yang kelap-kelip, hal ini muncul sejak zaman patristik sebagai gambaran akan terang yang mengalahkan kegelapan. Penggunaan lilin dan lampu-lampu kelap-kelip merupakan pengaruh dari pesta cahaya Yahudi atau Hanukah. Hari raya Hanukkah dirayakan sekitar masa Adven dan Natal, dan terkadang sering diplesetkan dengan istilah Natal Yahudi.